BDSM!

Hai, sobat Sebarkan.

Kali ini kita bahas topik yang cukup berat. Lebih berat dibanding rindu dan motor yang dinaikin Dilan.

Pict : Onedio

Topik apakah itu?

BDSM!

Lalu apakah arti BDSM?

B : Belajar
D : Doa
S : Senang
M: Membantu (sesama)

Bukan pemirsa, lalu apa???

BDSM adalah akronim dari BD : Bondage and Discipline (Perbudakan dan Disiplin), DS : Domination and Submission (Dominasi dan Penyerahan), SM : Sadism and Masochism (Sadisme dan Masokis).

Kenapa ya istilah-istilah tersebut disatukan? Itu karena BDSM dapat menjadi banyak hal yang berbeda untuk orang yang berbeda dengan preferensi yang berbeda pula. Praktisi BDSM Clarisse Thorn, sekaligus penulis The S&M Feminis, mengatakan sebagian besar minat seseorang pada BDSM jatuh pada satu atau dua kategori tersebut, bukan semuanya. Mulai paham?

Nah, lalu kenapa kita mesti susah-susah bahas BDSM? Itu karena golongan pecinta BDSM di Indonesia bakal punah akibat akan diberlakukannya RUU Ketahanan Keluarga.

Ingat ya, sekali lagi film Mr & Mrs Grey sangat berbeda dengan BDSM yang umum dilakukan oleh penikmatnya. Bahkan, banyak yang bilang film tersebut gak masuk akal, menyesatkan dan dibuat terlalu cantik. Bukan lagu Sibad..

Sayangnya, RUU Ketahanan Keluarga justru menganggap BDSM sebagai penyakit alias penyimpangan seksual. Faktanya, tidak begitu Sergio..

Kebanyakan orang berpikir BDSM selalu terikat dengan seks, padahal tidak. BDSM justru bisa terlibat dengan banyak komunikasi intim, bayangin dah cuma ngobrol berdua aja sudah intim.

Ini adalah salah satu kesalahpahaman yang paling umum dan bikin frustrasi tentang BDSM, kata Thorn. BDSM bukanlah sesuatu yang muncul dari pelecehan atau kekerasan dalam rumah tangga, mereka yang terlibat di dalamnya bukan berarti sedang menikmati pelecehan.

Sebaliknya, menikmati BDSM hanyalah satu sisi dari seksualitas dan gaya hidup seseorang.

“Hanya orang biasa yang kebetulan seperti itu,” kata pakar seks Gloria Brame, Ph.D., penulis Different Loving.

Bukan masalah kejiwaan seperti yang diceritakan di film-film itu cuma mitos sob, penikmatnya adalah orang-orang biasa yang memiliki kebutuhan untuk itu dan menjadikan dinamika keintiman mereka.

 

Persetujuan merupakan persyaratan dalam BDSM, pelakunya berhak memilih kegiatan BDSM mana yang disukai dan mana yang tidak. Kalau gak suka ya tolak, selesai.

“Dari pengalaman saya, mereka yang tidak memiliki riwayat pelecehan seksual justru lebih mudah tertarik pada BDSM, mereka yang berada di tempat yang lebih stabil dalam hidup mereka (justru menikmatinya),” kata Thorn.

Fifty Shades of Grey dianggap mengerikan di komunitas BDSM. Bagian ngasih mobilnya yang menurut mimin paling epic. Dari film tersebut BDSMers mempermasalahkan hubungan kasar dan tidak sehat yang digambarkan lewat adegan-adegan serius yang tidak realistis. Secara keseluruhan, ini bukan representasi akurat dari komunitas BDSM.

Semua ini tidak terjadi secara spontan seperti film Hollywood atau film porno yang lagi sobat simpan di smartphone, kekekekk..

 

Aktivitas dan alat apa saja yang dipakai oleh BDSMers?

Memakai penutup mata, topeng, kostum, es batu, bantal, cambuk, borgol, dll. Bahkan tanpa pakai alat apapun, cuma bermodal tangan, jari dan gigi. Unch, kugigit kau, wkwkwk..

Biasanya BDSM itu ditampar, dipukul di area bokong, dijambak, dibentak, dipelintir puttt…ri malunya, disuruh-suruh, diteteskan lilin panas ke kulit, bukan untuk ngepet ya, dan lain sebagainya.

Tetapi, sebelum mencoba bermain-main dengan beberapa alat rumit, sobat perlu belajar bagaimana melakukannya dengan aman. Bahkan tali atau cambuk bisa berbahaya jika kamu tidak tahu cara memakainya. Gak lucukan pasangan tiba-tiba masuk UGD karena kelakuan nakal kamu.

 

BDSM melibatkan BANYAK membaca dan belajar. Semua ini berguna untuk meminimalkan resiko. Pecinta BDSM tidak ada yang asal melakukannya. Catat tuh!

 

Jika ingin mendalaminya, bagaimana caranya? Ada buku, kelas, komunitas, konferensi, hingga pertemuan yang bisa membantu kamu untuk mempelajari teknik secara spesifik.

Yang menarik, tidak semua orang yang tertarik dengan BDSM memiliki banyak pasangan seksual atau hubungan. Itu adalah persepsi populer yang keliru. Banyak juga BDSMers adalah sosok yang monogami.

Sudah pahamkan kalau BDSM itu bukan seks menyimpang, atau kekerasan dalam rumah tangga ini sama sekali berbeda. Ini hanya tentang fantasi seksual saja.

Di luar negeri bahkan pelakunya sampai menyewa pemantau keselamatan, tuh kan aman banget.

Tapi, kalau sobat butuh terapis untuk bicara tentang fantasi seksual itu sih sah-sah saja. Uneg-uneg jangan dipendam sendiri, sob. Yuk, lepaskan!

 

Nah, lalu RUU Ketahanan Keluarga ini sudah tepat sasaran atau belum? Jawabannya tidak, yang terpenting adalah sosialisasi (edukasi) seks untuk anak-anak, remaja, hingga orang muda.

Ngomong-ngomong, RUU Ketahanan Keluarga tercinta kita ini banyak banget salah ketiknya. Dibanding ngurusin BDSM, mendingan kita sama-sama belajar tentang literasi dan Bahasa Indonesia, mimin juga masih merasa kurang ilmunya.

 

 

Sumber : Psychologytoday.com, BuzzFeed.com, mojok.co, asumsi.co

Posted on February 19, 2020, in Beauty & Health, Hot News, Relationship and tagged , , , . Bookmark the permalink. 4 Comments.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: