Penumpang Kapal Pingsan Saat Dokumen Gafatar Digeledah Polisi

Sehari usai terjadi aksi anarkis warga yang mengamuk hingga membakar pondok-pondok yang ditinggali mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, masih ada anggota organisasi itu yang berusaha masuk wilayah tersebut menggunakan kapal laut.

image

Dua penumpang KM Bukit Raya yang merapat di Pelabuhan Dwikora, Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), ditangkap polisi, setelah dicurigai sebagai anggota Gafatar, Rabu (20/1/2016) sekitar pukul 10.30 WIB.

KM Bukit Raya berlayar dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Sanking takutnya penumpang inisial SM (48) sempat jatuh pingsan, saat petugas elakukan pemeriksaan terhadap barang bawaannya. Dari barang bawaan penumpang lainnya, Zn, juga ditemukan sejumlah dokumen mengenai ajaran yang diduga terkait dengan Gafatar.

Keduanya kemudian dibawa ke Polsek KP3L Pelabuhan Dwikora Pontianak.

Setelah sadar dari pingsan, SM kemudian dimintai keterangan terkait dokumen yang dibawanya. Ia memberikan keterangan berbelit kepada Wakapolresta Pontianak, AKBP Veris Septiansyah.

“Saya coba cari kerjaan kelistrikan, karena latar belakang saya STM. Tujuan saya ke Sintang. Kalau buku-buku ini sudah lama di tas saya, kebawa pas saya ke sini,” cerita SM kepada AKBP Veris.

Dari pemeriksaan petugas, dokumen yang sebagian besar berbahasa Jawa ini dicurigai bermaterikan Gafatar, di antaranya, sejumlah buku-buku tentang ketuhanan, kelistrikan dan kejawen. Selain itu ada primbon serta brosur tentang visi dan misi Gafatar.

“Di Surabaya saya bekerja jualan pentol keliling. Ini saya mau bekerja di kebun sawit di Sintang. Nama teman saya yang di Sintang, Suhemi. Tujuannya saya adu nasib,” kata SM.

Pria beranak tiga ini mengaku bergabung ke Gafatar sejak 2006, Wow..Gafatar rupanya telah lama terbentuk. Namun akhirnya keluar pada 2011.

SM mengaku keluar dari Gafatar karena merasa ada yang menyimpang.

“Ini sebenarnya tersimpan lama di tas, pas berangkat terbawa, sudah lama ini. Saya dulu diajak teman saya yang bernama Arif, tapi semenjak dia meninggal saya sudah tidak bergabung lagi. Jadi buku ini hanya untuk dokumen,” jelasnya.

SM mengaku tidak begitu memahami ajaran Gafatar. Ia hanya tahu organisasi itu bergerak di kegiatan bakti sosial.

“Ya ngaji-ngaji Alquran begitu saja, tak ada janji-janji apa, hanya mengaji. Saya kurang paham itu, hanya senang baca-baca Alquran.”

Pengakuan yang berubah-ubah :

SM mengaku tidak paham ketika ditanya apakah ajaran Gafatar juga mengenai kegiatan bercocok tanam, seperti disampaikan para mantan anggota Gafatar kepada media massa.

“Saya cuma anggota, yang saya dengar itu, saya kurang paham tentang bercocok tanam. Saya tidak punya saudara di sini,” ujarnya.

SM mengaku istrinya mengetahui tujuannya bekerja di Kalbar. Ia mengatakan kenal dengan Zn sejak dari Surabaya.

Di Sintang, menurut SM memang belum ada kepastian kerja, namun menurutnya ada temannya yang sudah menunggu di terminal Sintang.

Keterangan yang berbelit. Awalnya dia mengaku akan dijemput seseorang bernama Suhemi di Terminal, Sintang.

Namun setelah ditanya kembali, ia mengaku baru berkenalan dengan Suhemi di kapal.

Razia di Pelabuhan Dwikora tersebut, menurut AKBP Veris Septiansyah, terkait aksi terorisme di Jl MH Thamrin, Jakarta, 14 Januari lalu. Kegiatan tersebut untuk melaksanakan perintah Kapolri dan Kapolda Kalbar.

“Kebetulan hari ini KM Bukit Raya yang berkapasitas sekitar 900 penumpang merapat di Pontianak. Jadi kami lakukan antisipasi.”

Pola pemeriksaan dilakukan secara acak.

Ia menduga SM dan Zn ditugaskan ke Kabupaten Sintang untuk menyebarkan paham Gafatar.

“Bisa saja kami kembalikan ke daerah asalnya, karena belum ada pelanggaran hukum yang dilakukannya. Pemerintah juga belum menyatakan larangan tentang aliran ini,” tutupnya.

Sumber : Tribun Pontianak

Posted on January 21, 2016, in Hot News and tagged , , , , , , , . Bookmark the permalink. 1 Comment.

Leave a comment